Hari Sabtu (21/5/2022) Suaramitra.com kedatangan tamu spesial. Tamu tersebut adalah aktivis mangrove Pesisir Selatan yang akrab di sebut Uda Pius (Darpius Indra – Red). Darpius Indra merupakan aktivis lingkungan yang konsisten berbuat untuk lingkungan dari belia hingga hari ini. Bahkan tahun 2013 yang lalu Darpius menerima penghargaan Kalpataru dari presiden.
Kunjungan Darpius kali ini ke Kantor Redaksi Suaramitra.com juga tidak jauh dari soal lingkungan bersama kru Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU), yakni survei lahan mangrove. Banyak hal yang dibicarakan Darpius, salah satunya adalah soal minat generasi muda Pesisir Selatan yang masih rendah dalam kegiatan perlindungan mangrove.
Menurut Darpius, jumlah aktivis mangrove di Pesisir Selatan masih sangat sedikit, ini mungkin disebabkan oleh pemahaman terhadap mangrove masih rendah. “Jumlah aktivis mangrove di Pesisir Selatan bisa dihitung dengan jari,” katanya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Maka menurut Darpius, generasi muda Pesisir Selatan perlu di dorong agar mau terlibat langsung dalam kegiatan perlindungan mangrove. “Dorongan itu bisa datang dari sekolah, lembaga pemerintah dan termasuk dari keluarga,” kata Darpius lagi.
Darpius menyebutkan beberpa fungsi mangrove. Hutan mangrove memiliki fungsi yang sangat besar bagi lingkungan hidup kita diantarnya yakni pertama sebagai tumbuhan yang mampu menahan arus air laut yang mengikis daratan pantai, dengan kata lain tumbuhan mangrove mampu untuk menahan air laut agar tidak mengikis tanah di garis pantai.
“Ke dua, mangrove sebagaimana fungsi tumbuhan yang lain, juga memiliki fungsi sebagai penyerap gas karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen (O2). Kemudian ke tiga, hutan mangrove memiliki peran sebagai tempat hidup berbagai macam biota laut seperti ikan-ikan kecil untuk berlindung dan mencari makan. Selain binatang laut, bagi hutan mangrove yang ruag lingkupnya cukup besar sering terdapat jenis binatang darat di dalamnya seperti kera dan burung,” ungkapnya.
Dari beberapa fungsi hutan mangrove tersebut maka menurut Darpius, tentunya hal yang paling esensial bagi kelangsungan hidup kita adalah fungsi hutan mangrove sebagai penghasil oksigen (O2) dan penyerap gas karbondioksida serta sebagai pencegahan abrasi. Rusaknya hutan mangrove dapat mengakibatkan hilangnya fungsi-fungsi di tersebut.
“Bayangkan jika hutan rusak, tak ada lagi sesuatu yang mampu menghasilkan oksigen (O2) untuk kita bernapas, tidak adalagi sesuatu yang dapat menyerap gas (CO2) yang merupakan gas racun dab berbahaya bagi tubuh manusia, serta tak ada lagi suatu pertahanan kokoh yang mampu menahan laju abrasi. Saat ini keadaan hutan mangrove di sepanjang pesisir pantai begitu memperihatinkan. Sebagian besar rusak dan diantaranya habis akibat aktivitas penebangan dan lain-lain. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi kelestarian lingkungan hidup kita,” katanya lagi.
Mengingat begitu pentingnya hutan mangrove bagi kelangsungan lingkungan hidup kita, perlu adanya solusi untuk penanggulangan masalah yang selama ini terjadi pada hutan mangrove. Solusi yang dapat kita lakukan diantaranya yakni perlu adanya lahan konservasi terhadap hutan mangrove dalam rangka penjagaan dan pelestarian hutan agar fungsi-fungsi mangrove dapat dioptimalkan sebaik mungkin.
Selanjutnya melakukan reboisasi atau penanaman kembali terhadap hutan mangrove yang telah rusak. Dalam hal ini perlu adanya keterlibatan antara pemerintah dan warga secara teknis dalam pelaksanaan reboisasi. “Perlu adanya manajemen tata ruang yang baik terhadap wilayah pesisir pantai berhutan mangrove, sehingga dapat berpotensi ekonomis dalam hal pariwisata. Provit yang diperoleh dari wisata alam ini dapat digunakan untuk keterbutuhan pelestarian mangrove,” jelas Darpius lagi.
Dan yang terpenting, perlu adanya penyuluhan dalam rangka memahamkan masyarakat termasuk anak muda terhadap pentingnya kelestarian hutan mangrove bagi lingkungan hidup. “Sebetulnya dari setiap solusi yang ditawarkan, generasi muda dapat terlibat aktif,” pungkasnya.