Refleksi Reuni Perak Alumni Faterna UA 97 Tahun 2022

- Penulis

Selasa, 5 Juli 2022 - 09:54 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kami adalah Alumni Fakultas Peternakan Universitas Andalas Angkatang 1997. Pertengahan tahun 1997 adalah mula kami disatukan dalam sebuah lembaga perguruan tinggi bernama Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Kami berjumlah sekitar 210 orang, angka ini sama dengan uang SPP yang kami bayarkan setiap semester yakni Rp210 ribu. Kami berasal dari berbagai penjuru negeri di Indonesia dengan menaruh satu harapan mendapat pendidikan tinggi dengan baik. Kami datang dengan berbagai latar belakang sosial, budaya, ras dan agama. “Pelajaran” pertama yang kami terima adalah Penataran Pedoman Pengamalan Penghayatan Pancasila (P4) Pola 45 Jam.

Angkatan “97” adalah anak terakhir orde baru dan sekaligus menjelma menjadi anak pertama orde reformasi perguruan tinggi. Kami masuk perguruan tinggi saat M. Amien Rais, Sri Bintang Pamungkas, Mukhtar Pakpahan dan tokoh lainnya gencar menggaungkan reformasi. Bahkan kami semua terlibat aktif saat demonstrasi besar “menggulingkan” Presiden Soeharto di Gubernuran Mei 98.

Saat baru masuk Perguruan Tinggi (PT) “bentuk” wajah kami “culun” semua. Maklum, kami sebagian besar hanyalah anak-anak kampung yang ingin memperoleh pendidikan layak. Anak-anak desa yang lugu tapi punya kesadaran pentingnya pendidikan. Ada juga diantara kami yang pemalu, periang, “penceracau”. Saat baru masuk kuliah, kulit kami ada yang “angus” sedikit bau garam rata-rata anak pantai dan tentu ada juga yang putih bersih. Rambut mulai dari keriting hingga “lujur”, pokoknya kami “nggak” karuan saja. Tapi perlu di ingat mesti tidak ganteng-ganteng amat, anak Faterna itu “ngangenin”.

ADVERTISEMENT

Pasisia Rancak

SCROLL TO RESUME CONTENT

Faterna terbilang sarangnya gadis-gadis cantik di Universitas Andalas. Entah mengapa, setiap tahun gadis-gadis cantik selalu masuk Faterna. Wallahualam! Tapi perlu juga diingat, gadis-gadis cantik kampus itu akan berubah perkasa manakala berhadapan dengan brahman, simental dan sapi perah. Jangan macam-macam!

Untuk mengenali kampus dan aktivitas di sini, kami digembleng para senior dengan kepala nyaris plontos untuk laki-laki dan kuciran “lucu” untuk perempuan. Oh, iya, salah satu senior yang paling disegani saat itu adalah Rizal Mala yang akrab dipanggil “Mamak”. Orientasi yang makan waktu setengah semester lebih ini membuat kami memiliki semangat “korsa” yang sangat kuat. Sehingga bila ada “perang-perangan” dengan mahasiswa dari fakultas lain, kami tinggal tunggu komando saja dari senior hehehe (saat itu bentrok antar fakultas biasa-biasa saja kedengarannya). Setelah selesai menjalani orientasi baru bisa kosentrasi berkuliah.

Entah karena kami lahir dari “reformasi” yang sedang hamil tua, nyaris semua kami adalah aktivis. Sehabis semester pertama kami sudah menentukan jalan “pergerakan”. Ada yang bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan, Badan Eksekutif Mahasiswa, Badan Legislatif Mahasiswa, Kerohanian, Kependekaran, Mahasiswa Pencinta Alam dan lain sebagainya. Kemudian di luar kampus organisasi beken juga telah “menggoda”, misalnya Himpunan Mahasiswa Islam, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, KAMMI dan lain-lain. Intinya, semua kami adalah aktivis, “semati-mati angin” jadi aktivis organisasi daerah masing-masing.

Suara juga  Dukungan PT.PLN UIW Sumbar, Libur Lebaran Ekowisata Amp Parak Disemarakkan Atraksi Kano

Kami terus menimba ilmu. Berjalan dari lorong ke lorong di kampus yang terletak di Limau Manis menuju gedung-gedung berarsitektur “aneh”, namun saat itu disebut kampus termegah di Asia Tenggara. Kami praktikum di laboratorium dengan peralatan canggih dengan baju khas lobaratorium. Aktifitas perkuliahan yang padat ini membuat kami terbiasa membagi waktu dan menjaga kebugaran agar semua terselesaikan dengan baik.

Ada tiga puncak kenangan berkuliah di Fakultas Peternakan Universitas Andalas yang tidak mungkin dilupakan, kecuali orang yang menderita gangguan ingatan. Puncak kenangan pertama adalah “farm”. Farm sebetulnya adalah praktek lapangan pada usaha peternakan percontohan yang ada di kampus. Praktek ini sesungguhnya ujian “kepemimpinan” pada sebuah perusahaan dan kunci keberhasilannya adalah kekompakan tim. Saban hari kami dihibur lenguh sapi, ciap anak ayam, embik kambing, bebunyian traktor dan mesin pencacah makanan. “Rasa” ber-Faterna makin kuat tertancap di farm. Di akhir kesimpulannya, farm adalah sebuah miniatur ekowisata dan agrowisata yang saat ini menjadi populer.

Puncak kenangan ke dua adalah penelitian. Rata-rata kami penelitian di kampus saja, meski ada yang penelitian di luar. Penelitian bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan mengamati dan mencatat objek yang diteliti. Penelitian bisa juga dilakukan ber-tim, hal itu mengharuskan kami “tinggal” dan bermukim di kampus. Tempat bermukimnya ya di ruangan yang sudah ditentukan misalnya ruang pengawas kandang.

Selama penelitian, kami hafal betul kondisi geografis dan karakter alami kampus; mulai dari tempat-tempat yang banyak “hantu” hingga tempat yang keramat. Dan dari penelitian ini kami akhirnya bisa jadi hantu di kampus.

Puncak kenangan ke tiga adalah wisuda. Kami masuk serentak, tapi tamat tidak! Ada yang hanya tiga setengah tahun sudah “bertoga” ada juga yang sehabis-habis “regang” baru memperoleh ijazah. Inilah rangkaian kenangan mulai masuk kuliah hingga tamat yang tentu teramat sulit dilupakan. Sekali lagi, hanya penderita amnesia sejarah yang bisa melupakannya.

Setelah 25 tahun berlalu, maka tanggal 2 Juli 2022 kemarin, kami reunian guna merajut kohesi sosial yang sudah lama terpisah. Terpisah oleh nasib, hidup dan penghidupan. Nama pertemuan ini kami sebut “Reuni Perak Faterna UA Angkatan 1997”. Semenjak tamat, kami memang jarang bertemu, bahkan sebagian besar tidak pernah bertemu sama sekali. Kami hidup dalam “dunia” dan perasaian masing-masing.

20-an tahun bukan masa yang singkat. Sudah banyak perubahan kami. Diantara kami ada yang punya anak lima, empat, tiga, dua dan satu orang anak. Meski demikian masih ada diantara kami yang sedang berjuang menggapai “cinta”nya (mudah – mudahan dimudahkan Allah usahanya).

20 tahun telah membuat performa kami berubah, ada yang bobot badannya jauh meningkat. Muka tembem dan perut seperti perempuan hamil kembar sembilan bulan, jika tidak ada reunian lalu bertemu di jalan atau dimanapun, dipastikan kami akan saling lupa. Ada juga diantara kami berbadan sedang, namun ada juga yang sukses mempertahankan berat badan.

Gadis-gadis kampus yang 25 tahun lalu sangat cantik, kini berubah menjadi ibu-ibu “anggun”. Waktu yang terus bergulir telah berangsur merubah bentuk fisik kami, namun satu yang tidak berubah bahwa kami adalah satu keluarga yang dibentuk Universitas Andalas dengan semboyan “Untuk Kedjajaan Bangsa”. Meski kini kami telah menyebar di seluruh wilayah NKRI, meski ras dan agama kami berbeda, namun kami adalah keluarga.

Universitas Andalas telah menuntun kami mengaplikasikan nilai-nilai toleransi dan pluralisme pada takaran yang tepat. Tidak ada pertikaian “paham” di sini, semua saling menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing. Kami diajarkan mencintai bangsa setulus hati.

Suara juga  KKP, BPSPL, LPPL Matangkan Persiapan Penilaian KIPP 2022 Tahap Selanjutnya

Tapak-tapak kaki kami dimasa lalu masih “terlihat” jelas saat reuni perak digelar. Tiang-tiang koridor berwarna putih tidak berubah. Tiang koridor Simpang Empat yang menghubungkan Dekanat Faterna dengan gedung perkuliahan dan fakultas lain adalah tempat kami duduk sembari memakan tahu goreng seukuran kemasan rokok surya.

Pada Reuni Perak ini kami bercengkrama, bercurah pendapat dan pengalaman, menyanyi, menari, melepaskan sekat – sekat “strata”. Semua membaur layaknya keluarga. Kalaulah boleh tidak berpisah kami tentu tidak berpisah, namun hal itu mustahil. Di luar sana kami punya penghidupan sendiri-sendiri, punya tanggungjawab. Biarlah kenangan indah ini dijadikan riwayat hidup yang benar-benar hidup untuk diceritakan dan dikisahkan kepada anak-anak kami, istri kami, suami kami. Kisah yang memberikan motivasi dan dorongan, bahwa kami pernah menjadi bagian dan pengukir sejarah di universitas hebat dan ternama di Indonesia ini. Bahwa kami pernah turut aktif menumbangkan rezim.

Lalu, kamipun pulang ke tempat masing – masing dengan membawa kenangan. Kenangan yang sudah berjilid-jilid. “Tuah” pertemuan adalah perpisahan, sebaliknya tuah perpisahan adalah pertemuan. Perpisahanlah yang membuat semua rangkaian peristiwa, kenangan dan sejarah jadi amat spesial dan mewah. Begitu juga sebaliknya pertemuanlah yang bisa membuat kenangan jadi nyata. Pertemuan adalah saat yang ditunggu-tunggu, dan kemudian pertemuan (reuni) menjadi barang mewah. Maka berlakulah pantun Melayu lama, “Jika ada sumur diladang bolehlah kita menumpang mandi, jika umur sama panjang bolehlah kita berjumpa lagi”.  (Catatan Haridman, Pimpinan Umum Suaramitra.com)

Peserta reuni perak Faterna 97
Peserta reuni perak Faterna Universitas Andalas 97 makan “balajuang”

Facebook Comments

Berita Terkait

Manfaat Pupuk Organik Mengatasi Masalah Pertanian
Sosialisasi Perda No 7/2021, Hidayat: Tingkatkan Kepedulian Terhadap Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak
Profil Putri Ariani Peraih Golden Buzzer America’s Got Talent 2023
MENUJU PILKADA SUMBAR 2024; DONI MONARDO-BENNY UTAMA, “THE DREAM TEAM”
Deklarasi TLCI Chapter 28 Padang Digelar Sabtu 8 Juli, Rori Pasla: Spektakuler dengan Touring Wisata Mandeh dan Pantai Air Manis
Tempat Yang Disukai Bule di Sumatera Barat
Eratkan Silaturahmi, Sabtu Besok PKDP Kota Padang Gelar Halal Bihalal
Ketua IKWAL Jakarta Kolonel Ardijon Ajak Pemuka Perantau Lengayang Gelorakan Persatuan
Berita ini 13 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Kamis, 28 September 2023 - 13:48 WIB

Tokoh Masyarakat Amping Parak Minta Jalur Evakuasi Tsunami Diperbaiki

Rabu, 27 September 2023 - 15:22 WIB

10.000 Warga Ampiang Parak Berada di Zona Merah Tsunami

Rabu, 27 September 2023 - 15:06 WIB

The World Bank Danai Destana Amping Parak

Rabu, 27 September 2023 - 13:47 WIB

Pertama di Sumbar, Ampiang Parak Punya Pernag Mangrove

Kamis, 7 September 2023 - 08:08 WIB

Batagak Pangulu Jorong Sungai Cubadak Dihadiri Gubernur Sumbar

Senin, 4 September 2023 - 12:27 WIB

Petani Lengayang Terpaksa Tebas Sisa Tanaman Padi Atasi Hama Tikus

Senin, 4 September 2023 - 11:14 WIB

Hama Tikus Mengganas, Petani di Lengayang Terancam Gagal Panen

Senin, 14 Agustus 2023 - 05:23 WIB

Kerugian Kebakaran di Kayu Kalek Kambang Rp250 Juta, Satu Korban Dirawat di Puskesmas

Berita Terbaru